May 24, 2017

TATAP MUKA PENYULUH KEHUTANAN KABUPATEN KUNINGAN DENGAN KTH MAYAPADA



      Selasa, 23 Mei 2017, penyuluh kehutanan yang bertugas di Kabupaten Kuningan berjumlah 23 orang mengadakan acara pertemuan dengan kelompoktani hutan (KTH) Mayapada Desa Gunungkarung Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan. Acara tersebut diselenggarakan selain sebagai ajang silaturahmi antara anggota kelompoktani, aparat desa dan penyuluh kehutanan juga sebagai bentuk apresiasi para penyuluh terhadap keberhasilan kelompoktani didalam mereklamasi lahan kritis bekas penambangan pasir (ex galian C).
    Perjalanan kami dari Balai Desa Gunugkarung menuju lokasi menulusuri jalan berdebu. Jalan tersebut merupakan jalan angkutan pasir yang setiap hari dilalui oleh puluhan damtruck bermuatan pasir dengan tonase yang besar. Pemandangan pertama ketika memasuki lokasi disuguhi dengan hamparan semak belukar yang menutupi sebagian besar dari areal bekas galian C. Suhu udara pun sudah mulai terasa panas, sementara waktu baru menunjukan pukul 09.00 wib.
      Kami menuruni jalan berdebu dan berbatu dengan penuh kehati-hatian. Sebab ceroboh sedikit saja dapat menyebabakan roda sepeda motor kami tergelincir. Tak lama kemudian akhirnya kami sampai ke tempat tujuan, sebuah areal yang cukup curam di bawah jalur lintasan angkutan pasir yang lerengnya banyak ditumbuhi dengan tanaman sengon.
     Setelah kami menempatkan kendaraan di tempat yang dirasa aman, kami memasuki areal tersebut. Suasana terasa berubah. Ketika di luar areal hutan sengon, udara terasa sangat panas. Namun ketika memasukinya, udara terasa sangat nyaman. Angin sejuk bertiup spoy-spoy. Lantai hutan dihampari dengan serasah dari pohon sengon yang mulai lapuk.
      Kami disambut oleh pengurus dan anggota KTH Mayapada beserta jajaran aparat Desa Gunungkarung. Bahkan seorang dari kami yaitu Pak Nurohim (Penyuluh Kehutanan setempat) telah ikut mununggu kami.
     Setelah beristirahat sambil menikmati sejuknya di bawah pepohonan, acara ramah- tamah pun dimulai. Dalam acara tersebut dipaparkan bahwa kegiatan reklamasi galian C ini dimulai sejak Bulan Januari 2015. Kegiatan diawali dengan membangun kesepakatan antara petani dengan pemerintahan desa. Didalam kerjasama tersebut pihak desa siap untuk menyediakan lahan sementara KTH berperan sebagai pelaksana kegiatan dan penyedia sarana produksi. Bentuk kerjasama tersebut dituangkan dalam MOU dengan perbandingan bagi hasil 25 % untuk fihak desa dan 75 % untuk KTH. Sementara itu penyuluh kehutanan setempat berperan sebagai pendamping KTH dalam pelaksanaan kegiatan.
    Setelah kesepakatan dibuat, maka kegiataan reklamasi pun dimulai. Kebutuhan bibit tanaman sengon sebanyak 2.000 batang yang bersumber dari Kebun Bibit Percontohan Ciarja berhasil didatangkan oleh Penyuluh Pendamping (Pak Nurohim). Pengadaan bibit tersebut merupakan bantuan dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Kuningan sebagai pengelola Kebun Bibit Percontohan Ciarja.
     Kini kerjasama itu mulai menampakan hasil. Lahan bekas galian C yang tadinya gersang sudah berhasil disulap menjadi lahan yang produktif. Tanaman sengon yang merupakan tanaman pioneer sudah tumbuh dengan diameter batang rata-rata 25 cm.
     Semoga ini merupakan langkah awal yang dapat memotifasi  semangat para petani dan masyarakat Desa Gunungkarung untuk terus menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungan hidup. Hal ini sebagai bentuk tanggungjawab moral dalam melestarikan lingkungan hidup kepada generasi yang akan datang.
      Kini lahan-lahan kritis bekas penambangan pasir berikutnya masih menanti tangan-tangan terampil untuk direklamasi. Dukungan pemerintah pun terutama dinas instasi terkait sangat diharapkan.

Sekian sharing tentang  tatap muka penyuluh kehutanan dengan KTH Mayapada yang berhasil dalam mereklamasi lahan bekas penambangan pasir. 
Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.

May 22, 2017

KUNINGAN SEBAGAI KABUPATEN ANGKLUNG SEKALIGUS SEBAGAI KABUPATEN KONSERVASI

Hari Minggu tanggal 21 Mei 2017 bertempat di Pandapa Paramartha Kuningan digelar Angklung Orkestra bersama Saung Angklung Udjo Bandung. Acara ini diikuti oleh ribuan guru se-Kabupaten Kuningan sekaligus sebagai momentum dideklarasikannya Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Angklung. Bahkan lebih lanjut dari itu, di Kabupaten Kuningan akan dijadikan pusat pengembangan budaya angklung.

Angklung adalah jenis alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang bernada ganda atau multitonal. Cara memainkan angklung adalah dengan digoyang, Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan biasanya tangan kiri sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan kanan menggoyangnya  hingga berbunyi.
Melihat bahan dasar dari pembuatan angklung yaitu bambu, maka penetapan Kabupaten Kuningan sebagai kabupaten angklung memberikan harapan terhadap meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap tanaman bambu itu sendiri.
Masyarakat Kabupaten Kuningan terlebih yang tinggal di pedesaan sangat akrab sekali dengan tanaman bambu. Mereka memanfaatkan bambu hampir disetiap sendi kehidupan dari mulai pembuatan konstruksi bangunan, perabotan rumah tangga, sarana-prasarana pertanian, bahkan sampai dalam urusan penguburan jenazah.
Namun dari sisi ekonomi, tanaman bambu masih dinilai rendah. Hal ini dikarenakan masih minimnya unit-unit usaha yang mengolah bambu menjadi barang jadi. Banyak hal yang menjadi penyebabnya seperti minimnya pengetahuan dan keterampilan, minimnya permodalan, kebijakan pemerintah dan lain-lain. Sebagaimana dimaklum bahwa pengolahan bahan baku menjadi barang jadi akan memberikan daya ungkit terhadap nilai suatu barang.
Keberadaan hutan bambu di Kabupaten Kuningan, juga sangat mendukung terhadap kebijakan pemerintah tentang kabupaten konservasi. Tanaman bambu mampu meningkatkan volume air bawah tanah. Tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik. Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40% air hujan, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 %. Oleh karena itu, besar kemungkinan untuk bambu dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, juga dapat mengatasi erosi dan tanah longsor.
Penetapan kabupaten konservasi yang disusul dengan penetapan kabupaten angklung bagi Kabupaten Kuningan mudah-mudahan berdampak terhadap peningkatan ekonomi, ekologi, sosial dan seni budaya bagi masyarakat kuningan.

Demikianlah  sharing saya tentang deklarasi kuningan sebagai kabupaten angklung. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat

May 5, 2017

WESYAN ALAT UKUR DIAMETER POHON BERDIRI

Wesyan merupakan sebuah alat untuk mengukur diameter pohon hasil kegiatan rekayasa sederhana dari Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengwlolaan Hasil Hutan (PUSTEKOLAH), yang dibuat dari bahan pipa aluminium. Penggunaan alat ukur diameter ini sangat praktis, relatif cepat dan hasilnya cukup teliti dibandingkan alat ukur konvesional. Alat ukur wesyan dapat digunakan untuk mengukur diameter di hutan tanaman, juga dapat dipakai untuk mengukur  diameter di hutan alam yang memiliki diameter pohon yang besar dan banir yang tinggi. Alat ini selain ringan, sederhana dan murah juga mudah dibawa sehingga cukup peraktis untuk dipakai di lapangan.
PROTOTIPE ALAT
Alat ukur diameter wesyan dibuat dengan menggunakan bahan dasar pipa aluminium berukuran ½ inch. Penggunaan pipa aluminium ini cukup mudah, murah tidak berkarat dan ringan sehingga praktis dibawa.
Spesipikasi teknis dari alat ukur wesyan seperti pada gambar.
Keterangan :
1      Pipa aluminium panjang 100 cm diamter 5/8 inch
2      Pipa aluminium diameter ½ inch
3      Busur baca terbuat dari stainless steel/plastic, lebar 3 cm dengan skala tiap strip 1 cm.
4      Tanda petunjuk baca
5      Pegangan alat ukur diameter terbuat dari plasti
6 Knop berfungsi untuk memperpanjang atau memperpendek kaki alat ukur diameter.
7       Baut titik pusat gerakan kaki alalt ukur diameter
8      8  Jarum/baut untuk penjepit pohon berfungsi untuk mengkalibrasi ukuran.
PENGUKURAN
Alat wesyan dicapitkan pada tegakan pohon, pembacan skala dalam satuan cm pada alat menunjukan besar ukuran diameter pohon yang diukur. Ketelitian alat wesyan yang dipakai tergantung pada penempatan posisi alat termasuk cara penggunaan (telalu menekan atau tidak) serta ketepatan membaca skala. Apabila sudah ada perubahan sewaktu-waktu perlu dilakukan kalibrasi yaitu dengan mengatur kembali baut-baut pengunci pada alat tersebut.
Cara pemakaian alat di lapangan secara teknis seperti disajikan pada gambar berikut :

Keterangan :
1     Penempatan alat pengukur diameter wesyan pada 10-20 cm di atas banir.
2   Diameter diukur pada tengah-tengah pohon, nilai diameter pohon maksimum yang tertera pada busur.

PERHITUNGAN HASIL PENGUKURAN
Untuk menghitung hasil, pengukuran dilakukan 2 kali dengan posisi 90°.
Besarnya diameter pohon dihitung dari rata-rata 2 kali pengukuran.
PRODUKTIVITAS KINERJA ALAT
Mengetahui kelebihan dan kelemahan alat ukur wesyan dibanding alat ukur lain, seperti pita keliling dan garpu ukur, alat ukur diameter wesyan telah diuji coba dengan pengamatan terhadap sejumlah tegakan pohon pada lokasi herbarium milik Pusat Litbang dan Konservasi Alam, Bogor. Pengukuran diameter dengan menggunakan alat ukur wesyan dibanding dengan memakai alat ukur lain mempunyai kelebihan sebagai berikut :
1     1 Dapat mengukur diameter kayu yang cukup besar (˃ 60cm)
2     2 Bisa digunakan untuk mengukur diameter pohon dengan banir yang tinggi.
3     3 Ketepatan lebih akurat Lebih cepat, praktis, mudah dan murah
4     4 Cukup dilakukan oleh  satu orang
5     5 Dapat dipakai disegala medan.
    Demikian sharing tentang wesyan. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.
Sumber :
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Jumlah Pengunjung

HALAMAN MANDIRI