Feb 26, 2018

KENAPA BENCANA ITU TERJADI LAGI ?



Di penghujung Bulan Februari 2018 ini, di sebagian wilayah Kabupaten Kuningan terutama di 8 kecamatan dan 14 desa yang berada di bagian selatan dan timur dilanda duka akibat bencana banjir dan tanah longsor. Tak sedikit harta bahkan jiwa yang menjadi korban. Hal ini mungkin akan mengundang tanya “kenapa ?”, padahal daerah ini merupakan daerah yang menjadi prioritas penanganan kegiatan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) dari tahun ke tahun.
Jawaban yang paling mudah ialah karena tingkat intensitas curah hujan yang tinggi selama tiga hari berturut-turut. Kedua karena wilayah tersebut memiliki topografi yang berbukit dan bergunung-gunung, serta kondisi tanah yang labil.
Tapi ternyata jawaban di atas tidak  cukup memuaskan. Sebab jika kita hubungkan dengan kegiatan RLKT melalui penghijauan/reboisasi yang telah dilaksanakan di wilayah tersebut, apakah ini mengindikasikan bahwa kegiatan tersebut dianggap gagal. Nah, untuk menjawab sampai ke sana tentu perlu kajian yang lebih mendalam.
Saya tidak mengatakan bahwa kegiatan penghijauan/reboisasi di wilayah tersebut gagal, karena paktanya menunjukan justru bencana longsor itu terjadi di daerah-daerah perbukitan yang banyak ditumbuhi pepohonan.
Kalau kita melihat secara garis besar dari kegiatan rehabiltasi lahan dan konservasi tanah ada dua metode, yaitu metode vegetatif dan metode sipili teknis. Metode vegetatif yaitu kegiatan RLKT melalui penanaman tanaman tahunan/pohon. Sedangkan metode sipil teknis, salah satunya melalui pembuatan bagunan terasering dan kelengkapannya. Kedua metode ini memiliki kemiripan yaitu sama-sama berfungsi memperkecil laju erosi, tapi memiliki peran yang berbeda.
Metode vegetatif, melalui peran pepohonan, air hujan yang jatuh tidak langsung menimpa permukaan tanah, melainkan ditahan terlebih dahulu oleh tajuk. Kemudian air hujan sebagian jatuh ke tanah berupa tetesan yang lebut sehingga tidak menimbulkakn erosi cipratan. Sebagian lagi air hujan dialirkan ke permukaan tanah melalui cabang dan batang. Sesampainya di permukaan tanah, air hujan tidak serta merta membentuk aliran permukaan (run off), melainkan tertahan oleh perakaran pepohonan dan serasah sehingga kebanyakan air meresap ke dalam tanah berupa air infiltrasi. Dengan demikiaan erosi akibat  aliran permukaan dapat diminimalisir.
Namun demikian, Curah hujan yang tinggi dengan intensitas yang cukup lama, menyebabkan air infiltrasi akan sampai ke lapisan batuan induk yang kedap air. Hal ini mengakibatkan kondisi lapisan tanah di atasnya menjadi jenuh. Dengan rapatnya pepohonan yang tumbuh di bagian permukaan, akan menambah beban sehingga memicu terjadinya longsoran tanah. Pergerakan tanah biasanya diawali dari lapisan tanah bagian bawah tepat di atas lapisan kedap air yang jauh dari jangkauan perakaran. Sehingga perakaran pepohonan yang sejatinya mampu mencengkram tanah, nyaris tidak berfugsi.
Longsoran tanah ini akan terbawa oleh aliran air dan masuk ke sungai. Keadaan ini akan mengakibatkan sedimentasi dan pendangkalan di sepanjang sungai yang menjadi salah satu faktor terjadinya banjir di daerah hilir.
Metode RLKT yang kedua, melalui pembuatan terassering dan kelengkapanya. Bangunan teras ini memotong panjang lereng membentuk sengkedan-sengkedan searah kontur. Biasanya dilengkapi dengan tampingan, guludan teras, saluran teras, saluran pembuangan air/SPA, dan terjunan air. Air hujan yang jatuh ke bidang olah akan dimasukan ke saluran teras untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan air untuk dibuang ke tempat yang aman. Jadi, dalam metode ini aliran air permukaan tidak dihambat untuk sebanyak mungkin meresap ke dalam tanah, melainkan dialirkan ke saluran teras dan SPA yang didesain sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan erosi. Dengan demikian lapisan tanah bagian bawah tidak menjadi jenuh oleh air sehingga kemungkinan terjadinya longsoran tanah dapat diminimalisir.
Untuk mencegah terulangnya kembali bencana tanah longsor, maka kegiatan RLKT dengan metode sipil teknis perlu di galakan kembali. Hal ini tentu perlu dibarengi dengan kebijakan pemerintah baik itu dari sisi pendanaan maupun dari sisi penyuluhan kepada masyarakat.
Sekian sharing informasi dari saya. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.

Feb 14, 2018

MENANGANI SAMPAH DI RUMAH KITA



Sampah adalah keseharian kita semua. Tak satu tempat pun yang kita lalui tanpa sampah. Dari mulai pasar, terminal, jalanan hingga sungai selalu dipenuhi dengan sampah. Sehingga dapat kita bayangkan jika sampah tidak mendapat penanganan yang serius, pasti kita sudah hidup di atas tumpukan sampah.
Di dalam benak kita, pasti kita membayangkan bahwa sampah itu merupakan sesuatu yang kotor dan menjijikan, berbau tidak sedap, dan merupakan sumber dari berbagai macam penyakit. 

Secara garis besar sampah digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik adalah sampah yang bersuber dari tumbuhan seperti sisa sayuran atau cangkang dari buah-buahan. Sampah jenis ini bisa kita olah sendiri sebagai bahan kompos, untuk kemudian kita kembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk bagi tanaman. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah pabrikan, biasanya terbuat dari plastik atau logam yang tidak terpakai lagi. Sampah jenis inilah yang dicari para pemulung untuk kemudian mereka jual ke pengepul yang nantinya akan didaur ulang.

Dalam hal penanganan sampah, pernahkan kita sesaat meluangkan waktu untuk memikirkan mereka yang setiap hari bergumul dengan sampah. Mereka itu diantaranya adalah para pemulung, yang setiap hari memungut sampah dari rumah ke rumah. Dan, pernahkah kita berpikir bahwa mereka itulah yang membantu kita dalam menangani salah satu masalah keseharian kita,  hingga kita terbebas dari timbunan sampah.

Sesuatu yang sangat sederhana, yang bisa menciptakan  hubungan yang saling menguntungkan antara kita dengan para pemulung yaitu dengan cara memilah sampah organik dengan sampah anorganik. Kita sediakan dua bak sampah di halaman rumah kita, yang satu digunakan untuk menampung sampah organik dan bak yang satunya lagi untuk menampung sampah anorganik. Dengan demikian para pemulung sudah sangat terbantu mempercepat pekerjaanya karena mereka tidak perlu berlama-lama memilah sampah yang mereka pungut.

Nah, dengan hal yang sangat sederhana ternyata kita sudah mampu menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara kita dengan para pemulung. Jangan salah, para pemulung adalah penyelamat di bidang lingkungan lho...!

Demikian sharing tentang sampah, saya Adhari, mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.

Feb 2, 2018

MENGENAL DARI DEKAT SOSOK TANAMAN AREN


Bagi masyarakat di pedesaan terutama yang berbatasan dengan hutan, tanaman ini tidak asing  lagi. Tanaman yang menjadi sumber penghidupan bagi petani penyadap karena dapat mengalirkan rupiah setiap hari. Cairan manis dari pohon ini dijadikan  sebagai bahan baku gula merah atau lebih dikenal dengan gula aren. Yah, “tanaman aren”, tanaman yang memiliki fungsi ekonomi, sosial dan ekologi.

Namun sekarang tanaman ini mulai jarang ditemukan seiring dengan semakin langkanya musang sebagai spesies kunci bagi penyebaran dan perkembang biakan tanaman aren di alam.  Selain itu penebangan tanaman aren di usia muda untuk diambil patinya sangat mengancam siklus hidup dari tanaman  ini.

Untuk mencegah kelangkaan tanaman ini, maka perbanyakannya harus tidak tergantung ke alam lagi. Namun sebelum itu, marilah kita mengenal lebih dekat terlebih dahulu dengan tanaman yang istimewa ini.

Nama Lokal : Aren

Nama Ilmiah : Arenga pinnata

Nama Lain    :

nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatra dan Semenanjung Malaya); kawung, taren (Sunda); akol, akel, akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa Tenggara)

Jumlah Pengunjung

HALAMAN MANDIRI