Mar 22, 2017

Kajian Strategi Pengembangan Agroforestry di Kabupaten Kuningan



Terjadinya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, menimbulkan ancaman terhadap ketahanan pangan nasional. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, petani harus mengakses sumber pangan di tempat lain yaitu pasar dengan cara membeli. Selain itu, perubahan fungsi lahan ini memaksa petani untuk mengalihkan lahan usahannya dari lahan pertanian (sawah) ke lahan darat (hutan).
Munculnya industri-industri pengolahan kayu sekaligus menjadi daya tarik petani untuk mengeksploitasi hutan miliknya secara berlebihan. Ini dibuktikan dengan maraknya penebangan pohon-pohon yang belum mencapai daur tebang karena tingginya permintaan sekaligus tingginya desakan kebutuhan petani. Hal ini menimbulkan tekanan terhadap hutan dan mengancam kelestarian hutan itu sendiri.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut diperlukan suatu kebijakan pembangunan disektor kehutanan melalui pengembangan usaha agroforestry. Agroforestry menawarkan produktifitas majemuk berupa pangan dan kayu dalam satu areal pengelolaan. Agroforestry juga memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.
M. Lahjie Abubakar, (1992) dalam Edi Purwanto dan Soemaryoto Atmosoedirjo, (2001) menyebutkan bahwa agroforestry merupakan bentuk usahatani yang memadukan prinsip-prinsip pertanian dan kehutanan. Pertanian dalam arti suatu pemanfaatan lahan untuk memperoleh pangan, serat, dan protein hewani. Kehutanan dalam arti untuk memproduksi kayu pertukangan dan/atau  kayu bakar serta fungsi estetis, hidrorologi, serta konservasi flora dan fauna.
M. Lahjie Abubakar, (2004) kembali mengemukakan bahwa kegiatan agroforestry memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
Manfaat lingkungan
1       Pengurangan tekanan terhadap hutan.
2       Daur hara lebih efisien pada pohon-pohon yang memiliki perakaran dalam.
3       Perlindungan yang lebih baik bagi sistem ekologi.
4       Pengurangan aliran air permukaan.
5       Perbaikan struktur tanah melalui penambahan bahan organik secara tetap dari serasah yang terdekomposisi.
Manfaat ekonomi
1       Peningkatan kesinambungan hasil-hasil pangan, kayu dan pakan ternak.
2       Mengurangi terjadinya kegagalan total tanaman pertanian.
3       Meningkatkan jumlah pendapatan petani karena peningkatan produktifitas dan kesinambungan produksi.

Manfaat sosial
1       Peningkataan standar kehidupan di pedesaan melalui penyediaan lapangan kerja.
2       Peningkatan gizi dan kesehatan karena meningkatnya kualitas dan keanekaragaman hasil pangan.
Beberapa Alasan mengapa agroforestry perlu dikembangkan
Dari sisi distribusi nilai tambah kegiatan agroforestry memberikan nilai tambah yang cukup besar. Karena agroforestry merupakan usaha budidaya yang mengkombinasikan antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian pada satu areal pengelolaan. Hasil yang diperoleh selain produk utama berupa kayu juga menghasilkan produk pangan. Hal ini tentu memeberikan kontribusi terhadap upaya penganekaragaman produk pangan sekaligus mengantisipasi terjadinya krisis pangan baik di tingkat keluarga, lokal, regional maupun nasional.
Dalam kegiatan agroforestry, setiap produsen bebas untuk melakukan usaha ini  dan tidak ada monopoli produk, dalam arti setiap orang bebas untuk menjual atau membeli produk, dengan demikian bentuk pasar sempurna merupakan bentuk pasar yang paling cocok untuk usaha ini.
Sedangkan dilihat dari sisi konsumen, usaha agroforestry mampu menghasilkan produk kayu maupun pangan yang mampu menembus semua bentuk pasar baik itu pasar konsumen, pasar industri, pasar penjualan kembali maupun pasar pemerintah, mengingat produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, baik pemanfaatan untuk bahan bangunan, bahan baku industri, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari aspek sosial, kegiatan Agroforestry berperan sebagai unit usaha yang mampu menyerap tenaga kerja  sehingga akan mengurangi jumlah pengangguran yang selama ini menjadi masalah nasional.
Dari aspek lingkungan, usaha agroforestry akan meningkatkan daya dukung lingkungan berupa penyedia oksigen dan penyerap karbondioksida, memperbaiki tata air, dan meningkatkan kesuburan tanah.
Menentukan Strategi Pengembangan
Penentuan strategi pengembangan agroforestry diawali dengan mengidentifikasi data eksternal dan internal dari usaha groforestry sebagaimana terlihat  pada Tabel  di bawah ini 

:
Data eksternal
Peluang
Ancaman
Ø  Pemasaran mudah
Ø  Harga jual tinggi
Ø  Kebijakan pemerintah mendukung
Ø  Sarana transportasi mendukung
Ø  Serangan hama dan penyakit
Ø  Harga saprodi mahal
Data internal
Kekuatan
Kelemahan
Ø  Agroklimat mendukung
Ø  Tenaga kerja tersedia
Ø  Status kepemilikan tanah
Ø  Kelompoktani sudah terbentuk
Ø  Permodalan petani terbatas
Ø  Pengetahuan, sikap dan keterampilan petani relatif rendah
Ø  Pemanfaatan lahan belum optimal

Setelah data eksternal dan internal usaha agroforestry berhasil diidentifikasi, maka tahap selanjutnya adalah membuat Tabel EFAS (Ekternal Factor Strategic Analysis) dan Tabe IFAS (Internal Factor Strategic Analysis).
TABEL EFAS :
Faktor eksternal
Bobot
Rating
Skor
A.    Peluang
Pemasaran produk / hasil mudah
Harga jual produk tinggi
Kebijakan pemerintah mendukung
Sarana transportasi mendukung

0,25
0,20
0,10
0,20

4
3
1
2

1,0
0,6
0,1
0,4
Jumlah A :
0,75
-
2,1
B.    Ancaman
Serangan hama dan penyakit tanaman
Harga saprodi mahal

0,15
0,10

1
2

0,15
0,20
Jumlah B :
0,25
-
0,35
Jumlah A + B
1,00
-
2,45
 


EFAS = 2,1 – 0,35 = 1,75

TABEL IFAS
Faktor internal
Bobot
Rating
Skor
A.     Kekuatan



Agroklimat mendukung
0,15
3
0,45
Tenaga kerja tersedia
0,15
3
0,45
Status lahan (lahan milik)
0,15
1
0,15
Kelompoktani sudah terbentuk
0,10
2
0,20
Jumlah A :
0,55
-
1.25
B.     Kelemahan
Bobot
Rating
Skor
Pemilikan modal petani terbatas
0,10
3
0,30
Pengetahuan, sikap dan keterampilan petani rendah
0,10
3
0,30
Pemanfaatan lahan belum optimal
0,25
3
0,75
Jumlah B :
0,45
-
1,35
Jumlah A + B
1,00
-
2,60
IFAS : 1,25 – 1,35 = - 0,10
Dari data kuantitatif EFAS dan IFAS kemudian dibuat diagram analisis SWOT, sebagaimana gambar di bawah  ini :
Gb. Diagram Analisis SWOT
 

Dari diagram analisis SWOT di samping kiri menunjukan bahwa pengembangan agroforestry di Kabupaten Kuningan memiliki peluang yang besar tetapi di sisi lain menghadapi beberapa kendala internal. Fokus strategi usaha ini adalah memaksimalkan peluang sekaligus meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi pengembangan agroforestry adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti di bawah ini :
Matrik SWOT :


                 IFAS

EFAS
Kekuatan (Strengths) :
Ø  Status lahan (lahan milik)
Ø  Agroklimat mendukung
Ø  Tenaga kerja tersedia
Ø  Kelompoktani sudah terbentuk
Kelemahan (weaknesses):
Ø  Pengetahuan, sikap dan keterampilan petani rendah
Ø  Pemilikan modal terbatas
Ø  Pemanfaatan lahan belum optimal
Peluang (opportunities) :
Ø  Pemasaran produk (hasil) mudah
Ø  Harga jual produk tinggi
Ø  Pemerintah mendukung
Ø  Trasportasi mendukung

Strategi (S – O)
Ø  Meningkatkan produksi dengan intensifikasi.
Ø  Merekrut tenaga kerja
Ø  Menjadikan kelompoktani sebagai unit usaha
Ø  Menghimpun kelompoktani menjadi gapoktan
Ø  Mengoptimalkan pemanfaatn lahan
Strategi (W – O) :
Ø  Pelatihan bagi petani
Ø  Mengolah hasil/produk sesuai permintaan pasar
Ø  Meningkatkan kemampuan kelompok dalam pemupukan modal
Ø  Pengaturan pola tanam
Ø  Menjalin kemitraan
Ø  Penerapan silvikultur yang baik
Ancaman (Treaths)
Ø  Adanya serangan hama penyakit tanaman
Ø  Harga saprodi mahal
Strategi (S – T)
Ø  Mengndalikan OPT secara terpadu dan serempak
Ø  Pemeliharaan tanaman intensif
Ø  Membentuk koperasi tani
Strategi (W – T)
Ø Menyelenggarakan SL-PHT
Ø Melakukan kerjasama antar kelompoktani
Ø Membuat unit persemaian
Ø Menggalakan pemakaian pestisida dan pupuk organik


Dari matrik SWOT di atas, strategi yang terpilih yaitu strategi (W – O) dengan pariabel-pariabel sebagai berikut :
1      Melakukan pelatihan manajemen unit usaha agroforestry bagi petani.
2      Melakukan pengolahan hasil / produk sesuai dengan permintaan konsumen.
3      Meningkatkan kemampuan kelompoktani dalam pemupukan modal.
4      Melakukan pola tanam dengan penerapan teknik silvikultur.
5     Menjalin kemitraan dengan fihak-fihak terkait.
Strategi terpilih (W – O) di atas merupakan strategi pertama dalam rangka mengembangkan agroforestry di Kabupaten Kuningan. Startegi lainnya yaitu (S – O), (S – T) dan (W – T) merupakan strategi alternatif untuk mendukung strategi pertama.
Agroforestry merupakan bentuk usahatani yang memadukan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Usaha agroforestry tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan acaman. Agar usaha agaroforestry dapat berkembang menjadi usaha yang mampu memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan petani, maka hasil kajian menunjukan fokus strategi usaha ini adalah memaksimalkan peluang sekaligus meminimalkan kelemahan yang dimiliki.

Demikianlah sharing tentang strategi pengembangan agroforestry di Kabupaten Kuningan. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.

Jumlah Pengunjung

HALAMAN MANDIRI