Ketersediaan sumber daya air, terutama di Pulau Jawa
sudah sangat kritis. Dari jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sekitar 136,
31% DAS sangat kritis, 41% DAS kritis dan 28% DAS agak kritis. Bagaimana dengan
hutan di Indonesia? Dari data yang ada, kehancuran hutan kita itu sekitar 51
km2/hari, rentang waktu tahun 2000-2005 sekitar 1,8 juta Ha/tahun sehingga bisa
disimpulkan kehancuran hutan kita itu no 2 di dunia berdasarkan luas dan no 1
di dunia berdasarkan prosentase.
Dengan kondisi yang sudah dijelaskan di atas, maka
peran bambu begitu sangat penting karena sekitar 12% jenis bambu dunia yaitu
160 spesies berada di Indonesia (Prof. Elizabeth, 2012). Bambu juga memiliki
beberapa keunggulan yaitu : kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari, lebih
fleksibel dibanding kayu, dapat dipergunakan dalam umur tumbuh 3-5 tahun,
multiguna,bisa menghindari dan menahan erosi, memperbaiki kandungan air tanah,
renewable-sustainable, budi daya yang mudah serta bisa menciptakan lapangan
kerja yang banyak. Di sisi lain, produksi biomassa bambu juga lebih baik
dibanding kayu, yaitu 7x lebih banyak dari pada pohon lainnya, bertambah 10-3-%
per tahun dibanding 2-5% pertahun untuk pohon lainnya, memproduksi antara
50-100 ton per Ha dan terbagi atas 60-70% batang, 10-15% ranting,, 15-20%
daun-daunan. (Liese, 1985).
Dalam kaitannya dengan konservasi, sebuah penelitian
di China, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga
240% dibandingkan hutan pinus. Penghijauan dengan bambu pada bekas tambang batu
bara di India mampu meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya dalam 4 tahun.
Berdasarkan laporan penelitian tentang hutan di China, dedaunan bambu yang
berguguran di hutan bambu terbuka paling efisien di dalam menjaga kelembaban
tanah dan memiliki indeks erosi paling rendah dibanding 14 jenis hutan yang
lain. Penelitian Prof. Koichi Ueda dari Kyoto University menyatakan bahwa
sistem perakaran bambu monopodial sangat efektif di dalam mencegah bahaya tanah
longsor. Hutan bambu dapat menyerap CO2 62 ton/Ha/Thn sementara hutan tanaman
lain yang masih baru hanya menyerap 15 ton/Ha/Thn. Bambu juga melepaskan
oksigen sebagai hasil foto sintesis 355 lebih banyak dari pohon yang lain.
Pemanfaatan biomassa bambu ini sangat beragam sekali,
yaitu sebagai bahan bangunan hunian, jembatan, bambu laminasi, parket,
perancah, perabotan, peralatan dapur, kerajinan, alat musik, kemasan, rebung,
makananan ternak, obat, kertas, tekstil, bahan bakar, pupuk, kompos dan pompa
air. David Farelly – Book of Bamboo menyebutkan 1000 manfaat bambu dari A
(acupuncture needles, airplane skins) sampai Z (zithers). Dalam hal konsumsi
energi, perbandingan energi yang diperlukan untuk memproduksi bahan bangunan
(N/m2) adalah beton 240, baja 1500, kayu 80 dan bambu 30. (J.A. Janssen, Bamboo
Research at the Eindhoven University of Technology). Di daerah tropis dengan
lahan 20×20 m2 kita dapat menanam bambu dalam 5 tahun untuk membangun 2 rumah
@8×8 m2, dengan kebun bambu 60 Ha, setiap tahun dapat dibangun 1000 rumah dari
bambu (costarica).
Potensi bambu di Indonesia sangat luar biasa sekali
karena dari 1200-1300 jenis bambu di dunia, 160 jenis tumbuh di Indonesia
(sekitar 12%). Kecuali Pulau Kalimantan, seluruh pulau di Indonesia mempunyai
sumber bambu yang berlimpah. Diperkirakan terdapat 5 juta Ha hutan bambu di
Indonesia (Kartodihardjo, 1999), di Jawa Barat sendiri (E. Widjaja, 2005)
terdiri dari 4650 Ha di Tasikmalaya, 2950 Ha di Purwakarta dan 3400 Ha di
Sukabumi.
Jadi, mengatasi kekeringan dan kekurangan air bersih
itu harus menyeluruh dan tuntas. Dari hulu sampai hilir itu dijaga dan
dibenahi. Selain itu pola pikir kita juga harus dirubah. Dulu kita berangapan
bahwa air hujan itu harus cepat-cepat dialirkan ke laut. Nah sekarang dibalik,
justru air hujan itu selama mungkin harus ditahan di dalam tanah. Caranya
bagaimana? Tata ruang dengan komposisi 30:50:20 harus diterapkan dalam
perencanaan dan pembangunan kawasan baik itu skala lingkungan maupun skala
wilayah. Dalam skala lingkungan yang sangat kecil, yaitu rumah kita, harus
tersedia bak penampung, sumur resapan atau biopori yang berfungsi untuk
menyalurkan air hujan ke dalam tanah dengan ukuran yang proporsional sesuai
luas halaman rumahnya. Sebagai penahan airnya, pohon bambulah yang paling
efektif ditanam. Jika menggunakan AC, maka air buangannya itu harus ditampung
karena air tersebut merupakan air bersih yang bisa dipergunakan kembali untuk
kebutuhan hidup. Air limbah dari kamar mandi, wastafel dan tempat cuci pun
sebaiknya jangan langsung dibuang ke got. Bila disalurkan ke tempat yang sudah
ada pengolahannya maka air limbah pun bisa dipergunakan kembali.
Dalam skala lingkungan yang lebih besar lagi yaitu
perumahan dan kota, model tata kelola air ini bisa diterapkan kembali. Harus
ada hutan kecil atau hutan kota, kolam penampung dan sumur resapan. Jika kita
menerapkan model seperti itu maka tidak diperlukan lagi pembangunan drainase
yang selalu menjadi masalah baru dikarenakan kita tidak pernah merawatnya.
Demikian sharing untuk mengatasi kekeringan, ternyata
kita bisa memanfaatkan hutan bambu sebagai upaya konservasi air yang ada di
sekitar kita. Saya Adhari
mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.
No comments:
Post a Comment