Aug 29, 2017

MENGATASI KEKERINGAN DENGAN TANAMAN BAMBU



Ketersediaan sumber daya air, terutama di Pulau Jawa sudah sangat kritis. Dari jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) besar sekitar 136, 31% DAS sangat kritis, 41% DAS kritis dan 28% DAS agak kritis. Bagaimana dengan hutan di Indonesia? Dari data yang ada, kehancuran hutan kita itu sekitar 51 km2/hari, rentang waktu tahun 2000-2005 sekitar 1,8 juta Ha/tahun sehingga bisa disimpulkan kehancuran hutan kita itu no 2 di dunia berdasarkan luas dan no 1 di dunia berdasarkan prosentase.
Dengan kondisi yang sudah dijelaskan di atas, maka peran bambu begitu sangat penting karena sekitar 12% jenis bambu dunia yaitu 160 spesies berada di Indonesia (Prof. Elizabeth, 2012). Bambu juga memiliki beberapa keunggulan yaitu : kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari, lebih fleksibel dibanding kayu, dapat dipergunakan dalam umur tumbuh 3-5 tahun, multiguna,bisa menghindari dan menahan erosi, memperbaiki kandungan air tanah, renewable-sustainable, budi daya yang mudah serta bisa menciptakan lapangan kerja yang banyak. Di sisi lain, produksi biomassa bambu juga lebih baik dibanding kayu, yaitu 7x lebih banyak dari pada pohon lainnya, bertambah 10-3-% per tahun dibanding 2-5% pertahun untuk pohon lainnya, memproduksi antara 50-100 ton per Ha dan terbagi atas 60-70% batang, 10-15% ranting,, 15-20% daun-daunan. (Liese, 1985).
Dalam kaitannya dengan konservasi, sebuah penelitian di China, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 240% dibandingkan hutan pinus. Penghijauan dengan bambu pada bekas tambang batu bara di India mampu meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya dalam 4 tahun. Berdasarkan laporan penelitian tentang hutan di China, dedaunan bambu yang berguguran di hutan bambu terbuka paling efisien di dalam menjaga kelembaban tanah dan memiliki indeks erosi paling rendah dibanding 14 jenis hutan yang lain. Penelitian Prof. Koichi Ueda dari Kyoto University menyatakan bahwa sistem perakaran bambu monopodial sangat efektif di dalam mencegah bahaya tanah longsor. Hutan bambu dapat menyerap CO2 62 ton/Ha/Thn sementara hutan tanaman lain yang masih baru hanya menyerap 15 ton/Ha/Thn. Bambu juga melepaskan oksigen sebagai hasil foto sintesis 355 lebih banyak dari pohon yang lain.
Pemanfaatan biomassa bambu ini sangat beragam sekali, yaitu sebagai bahan bangunan hunian, jembatan, bambu laminasi, parket, perancah, perabotan, peralatan dapur, kerajinan, alat musik, kemasan, rebung, makananan ternak, obat, kertas, tekstil, bahan bakar, pupuk, kompos dan pompa air. David Farelly – Book of Bamboo menyebutkan 1000 manfaat bambu dari A (acupuncture needles, airplane skins) sampai Z (zithers). Dalam hal konsumsi energi, perbandingan energi yang diperlukan untuk memproduksi bahan bangunan (N/m2) adalah beton 240, baja 1500, kayu 80 dan bambu 30. (J.A. Janssen, Bamboo Research at the Eindhoven University of Technology). Di daerah tropis dengan lahan 20×20 m2 kita dapat menanam bambu dalam 5 tahun untuk membangun 2 rumah @8×8 m2, dengan kebun bambu 60 Ha, setiap tahun dapat dibangun 1000 rumah dari bambu (costarica).
Potensi bambu di Indonesia sangat luar biasa sekali karena dari 1200-1300 jenis bambu di dunia, 160 jenis tumbuh di Indonesia (sekitar 12%). Kecuali Pulau Kalimantan, seluruh pulau di Indonesia mempunyai sumber bambu yang berlimpah. Diperkirakan terdapat 5 juta Ha hutan bambu di Indonesia (Kartodihardjo, 1999), di Jawa Barat sendiri (E. Widjaja, 2005) terdiri dari 4650 Ha di Tasikmalaya, 2950 Ha di Purwakarta dan 3400 Ha di Sukabumi.
Jadi, mengatasi kekeringan dan kekurangan air bersih itu harus menyeluruh dan tuntas. Dari hulu sampai hilir itu dijaga dan dibenahi. Selain itu pola pikir kita juga harus dirubah. Dulu kita berangapan bahwa air hujan itu harus cepat-cepat dialirkan ke laut. Nah sekarang dibalik, justru air hujan itu selama mungkin harus ditahan di dalam tanah. Caranya bagaimana? Tata ruang dengan komposisi 30:50:20 harus diterapkan dalam perencanaan dan pembangunan kawasan baik itu skala lingkungan maupun skala wilayah. Dalam skala lingkungan yang sangat kecil, yaitu rumah kita, harus tersedia bak penampung, sumur resapan atau biopori yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan ke dalam tanah dengan ukuran yang proporsional sesuai luas halaman rumahnya. Sebagai penahan airnya, pohon bambulah yang paling efektif ditanam. Jika menggunakan AC, maka air buangannya itu harus ditampung karena air tersebut merupakan air bersih yang bisa dipergunakan kembali untuk kebutuhan hidup. Air limbah dari kamar mandi, wastafel dan tempat cuci pun sebaiknya jangan langsung dibuang ke got. Bila disalurkan ke tempat yang sudah ada pengolahannya maka air limbah pun bisa dipergunakan kembali.
Dalam skala lingkungan yang lebih besar lagi yaitu perumahan dan kota, model tata kelola air ini bisa diterapkan kembali. Harus ada hutan kecil atau hutan kota, kolam penampung dan sumur resapan. Jika kita menerapkan model seperti itu maka tidak diperlukan lagi pembangunan drainase yang selalu menjadi masalah baru dikarenakan kita tidak pernah merawatnya.
Demikian sharing untuk mengatasi kekeringan, ternyata kita bisa memanfaatkan hutan bambu sebagai upaya konservasi air yang ada di sekitar kita. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.


No comments:

Post a Comment

Jumlah Pengunjung

HALAMAN MANDIRI