Di penghujung
Bulan Februari 2018 ini, di sebagian wilayah Kabupaten Kuningan terutama di 8
kecamatan dan 14 desa yang berada di bagian selatan dan timur dilanda duka
akibat bencana banjir dan tanah longsor. Tak sedikit harta bahkan jiwa yang
menjadi korban. Hal ini mungkin akan mengundang tanya “kenapa ?”, padahal daerah
ini merupakan daerah yang menjadi prioritas penanganan kegiatan Rehabilitasi
Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) dari tahun ke tahun.
Jawaban
yang paling mudah ialah karena tingkat intensitas curah hujan yang tinggi
selama tiga hari berturut-turut. Kedua karena wilayah tersebut memiliki topografi
yang berbukit dan bergunung-gunung, serta kondisi tanah yang labil.
Tapi
ternyata jawaban di atas tidak cukup
memuaskan. Sebab jika kita hubungkan dengan kegiatan RLKT melalui penghijauan/reboisasi
yang telah dilaksanakan di wilayah tersebut, apakah ini mengindikasikan bahwa
kegiatan tersebut dianggap gagal. Nah, untuk menjawab sampai ke sana tentu perlu
kajian yang lebih mendalam.
Saya
tidak mengatakan bahwa kegiatan penghijauan/reboisasi di wilayah tersebut
gagal, karena paktanya menunjukan justru bencana longsor itu terjadi di
daerah-daerah perbukitan yang banyak ditumbuhi pepohonan.
Kalau
kita melihat secara garis besar dari kegiatan rehabiltasi lahan dan konservasi
tanah ada dua metode, yaitu metode vegetatif dan metode sipili teknis. Metode vegetatif
yaitu kegiatan RLKT melalui penanaman tanaman tahunan/pohon. Sedangkan metode
sipil teknis, salah satunya melalui pembuatan bagunan terasering dan
kelengkapannya. Kedua metode ini memiliki kemiripan yaitu sama-sama berfungsi
memperkecil laju erosi, tapi memiliki peran
yang berbeda.
Metode
vegetatif, melalui peran pepohonan, air hujan yang jatuh tidak langsung menimpa
permukaan tanah, melainkan ditahan terlebih dahulu oleh tajuk. Kemudian air
hujan sebagian jatuh ke tanah berupa tetesan yang lebut sehingga tidak
menimbulkakn erosi cipratan. Sebagian lagi air hujan dialirkan ke permukaan tanah melalui
cabang dan batang. Sesampainya di permukaan tanah, air hujan tidak serta merta
membentuk aliran permukaan (run off),
melainkan tertahan oleh perakaran pepohonan dan serasah sehingga kebanyakan air
meresap ke dalam tanah berupa air infiltrasi. Dengan demikiaan erosi
akibat aliran permukaan dapat diminimalisir.
Namun
demikian, Curah hujan yang tinggi dengan intensitas yang cukup lama,
menyebabkan air infiltrasi akan sampai ke lapisan batuan induk yang kedap air. Hal ini mengakibatkan kondisi lapisan tanah di atasnya menjadi jenuh. Dengan rapatnya
pepohonan yang tumbuh di bagian permukaan, akan menambah beban sehingga memicu
terjadinya longsoran tanah. Pergerakan tanah biasanya diawali dari lapisan
tanah bagian bawah tepat di atas lapisan kedap air yang jauh dari jangkauan
perakaran. Sehingga perakaran pepohonan yang sejatinya mampu mencengkram tanah,
nyaris tidak berfugsi.
Longsoran
tanah ini akan terbawa oleh aliran air dan masuk ke sungai. Keadaan ini akan
mengakibatkan sedimentasi dan pendangkalan di sepanjang sungai yang menjadi
salah satu faktor terjadinya banjir di daerah hilir.
Metode
RLKT yang kedua, melalui pembuatan terassering dan kelengkapanya. Bangunan
teras ini memotong panjang lereng membentuk sengkedan-sengkedan searah kontur.
Biasanya dilengkapi dengan tampingan, guludan teras, saluran teras, saluran
pembuangan air/SPA, dan terjunan air. Air
hujan yang jatuh ke bidang olah akan dimasukan ke saluran teras untuk
selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan air untuk dibuang ke tempat yang
aman. Jadi, dalam metode ini aliran air permukaan tidak dihambat untuk sebanyak
mungkin meresap ke dalam tanah, melainkan dialirkan ke saluran teras dan SPA
yang didesain sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan erosi. Dengan demikian
lapisan tanah bagian bawah tidak menjadi jenuh oleh air sehingga kemungkinan
terjadinya longsoran tanah dapat diminimalisir.
Untuk
mencegah terulangnya kembali bencana tanah longsor, maka kegiatan RLKT dengan
metode sipil teknis perlu di galakan kembali. Hal ini tentu perlu dibarengi
dengan kebijakan pemerintah baik itu dari sisi pendanaan maupun dari sisi
penyuluhan kepada masyarakat.
Sekian
sharing informasi dari saya. Saya Adhari mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat.