Pergiliran (rotasi) tanaman
merupakan salah satu pengelolaan yang paling banyak dilakukan di Indonesia.
Beberapa jenis tanaman ditanam berurutan, yang satu setelah yang lainnya di
tempat yang sama.
Pola tanam itu dapat berubah
dari tahun ke tahun, tetapi tujuannya tetap sama, yakni memperoleh keadaan
tanah yang secara fisik lebih baik dan susunan zat haranya juga lebih baik.
Setiap jenis tanaman
menyerap hara yang berbeda dari
lahan tempatnya tumbuh. Sebaliknya
masing-masing jenis tanaman meninggalkan sisa-sisa tanaman atau pengaruh
tertentu pada lahan tersebut. Satu pola pergiliran tanaman yang baik akan
mempertimbangkan sifat masing-masing tanaman - apa yang diserap dan apa yang
diberikan - sehingga hasil akhirnya adalah keadaan tanah yang lebih baik.
Dalam sistem wanatani,
komponen tanaman umur panjang dapat diganti setelah beberapa tahun. Ini dapat
dianggap sebagai satu kali pergiliran yang lebih singkat, biasanya kurang dari
satu tahun. Wanatani memerlukan pendekatan jangka panjang dalam pergiliran
tanaman ini. Dengan menggunakan keanekaragaman tanaman yang lebih besar,
masing-masing jenis tanaman dengan daur produksi yang unik.
Pergiliran tanaman yang
sering digunakan adalah padi - kacang hijau – jagung - kacang tunggak. Karena
tanaman leguminosa meninggalkan nitrogen dalam tanah, kacang hijau (Vigna radiata) ditanam setelah padi (Oryza sativa) untuk menambah kembali
nitrogen dan zat hara lain yang diambil oleh padi. Seperti pula kacang tunggak (Vigna ungguicalata) yang mampu mengikat
nitrogen dan berpengaruh positif pada
tanah, dapat ditanam setelah jagung (Zea
mays) yang menyerap banyak zat hara dari tanah.
Keuntungan :
- Sangat
membantu dalam memperbaiki kesuburan tanah.
- Mendiversifikasi
produksi
- Membantu
meangendalikan hama/penyakit.
- Meningkatkan
kandungan bahan organik dalam tanah
- Mengurangi
erosi
- Mengurangi
pemakaian nitrogen.