Terjadinya
perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, menimbulkan
ancaman terhadap ketahanan pangan nasional. Untuk memenuhi kebutuhan pangan,
petani harus mengakses sumber pangan di tempat lain yaitu pasar dengan cara
membeli. Selain itu, perubahan fungsi lahan ini memaksa petani untuk
mengalihkan lahan usahannya dari lahan pertanian (sawah) ke lahan darat
(hutan).
Munculnya industri-industri
pengolahan kayu sekaligus menjadi daya tarik petani untuk mengeksploitasi hutan
miliknya secara berlebihan. Ini dibuktikan dengan maraknya penebangan
pohon-pohon yang belum mencapai daur tebang karena tingginya permintaan
sekaligus tingginya desakan kebutuhan petani. Hal ini menimbulkan tekanan
terhadap hutan dan mengancam kelestarian hutan itu sendiri.
Untuk
mengantisipasi keadaan tersebut diperlukan suatu kebijakan pembangunan disektor
kehutanan melalui pengembangan usaha agroforestry. Agroforestry menawarkan
produktifitas majemuk berupa pangan dan kayu dalam satu areal pengelolaan.
Agroforestry juga memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.
M.
Lahjie Abubakar, (1992) dalam Edi Purwanto dan Soemaryoto Atmosoedirjo, (2001)
menyebutkan bahwa agroforestry merupakan bentuk usahatani yang memadukan
prinsip-prinsip pertanian dan kehutanan. Pertanian dalam arti suatu pemanfaatan
lahan untuk memperoleh pangan, serat, dan protein hewani. Kehutanan dalam arti
untuk memproduksi kayu pertukangan dan/atau
kayu bakar serta fungsi estetis, hidrorologi, serta konservasi flora dan
fauna.
M.
Lahjie Abubakar, (2004) kembali mengemukakan bahwa kegiatan agroforestry
memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
Manfaat lingkungan
1 Pengurangan
tekanan terhadap hutan.
2 Daur
hara lebih efisien pada pohon-pohon yang memiliki perakaran dalam.
3 Perlindungan
yang lebih baik bagi sistem ekologi.
4 Pengurangan
aliran air permukaan.
5
Perbaikan struktur tanah melalui penambahan
bahan organik secara tetap dari serasah yang terdekomposisi.
Manfaat
ekonomi
1 Peningkatan
kesinambungan hasil-hasil pangan, kayu dan pakan ternak.
2 Mengurangi
terjadinya kegagalan total tanaman pertanian.
3 Meningkatkan
jumlah pendapatan petani karena peningkatan produktifitas dan kesinambungan
produksi.
Manfaat
sosial
1 Peningkataan
standar kehidupan di pedesaan melalui penyediaan lapangan kerja.
2
Peningkatan gizi dan kesehatan karena
meningkatnya kualitas dan keanekaragaman hasil pangan.
Beberapa
Alasan mengapa agroforestry perlu dikembangkan
Dari
sisi distribusi nilai tambah kegiatan agroforestry memberikan nilai tambah yang
cukup besar. Karena agroforestry merupakan usaha budidaya yang mengkombinasikan
antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian
pada satu areal pengelolaan. Hasil
yang diperoleh selain produk utama berupa kayu juga
menghasilkan produk pangan. Hal ini tentu memeberikan kontribusi terhadap upaya
penganekaragaman produk pangan sekaligus mengantisipasi terjadinya krisis
pangan baik di tingkat keluarga, lokal, regional maupun nasional.
Dalam
kegiatan agroforestry,
setiap produsen bebas untuk melakukan usaha ini
dan tidak ada monopoli produk, dalam arti setiap orang bebas untuk
menjual atau membeli produk, dengan demikian bentuk pasar sempurna merupakan
bentuk pasar yang paling cocok untuk usaha ini.
Sedangkan
dilihat dari sisi konsumen, usaha agroforestry mampu menghasilkan produk kayu
maupun pangan yang mampu menembus semua bentuk pasar baik itu pasar konsumen,
pasar industri, pasar penjualan kembali maupun pasar pemerintah, mengingat
produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, baik pemanfaatan
untuk bahan bangunan, bahan baku industri, dan lain-lain. Sedangkan dilihat
dari aspek sosial, kegiatan Agroforestry berperan sebagai unit usaha yang mampu
menyerap tenaga kerja sehingga akan
mengurangi jumlah pengangguran yang selama ini menjadi masalah nasional.
Dari aspek lingkungan, usaha agroforestry
akan meningkatkan daya dukung lingkungan berupa penyedia oksigen dan penyerap
karbondioksida, memperbaiki tata air, dan meningkatkan kesuburan tanah.
Menentukan Strategi
Pengembangan
Penentuan strategi pengembangan agroforestry diawali dengan
mengidentifikasi data eksternal dan internal dari usaha groforestry sebagaimana
terlihat pada Tabel di bawah ini
:
Data
eksternal
|
|
Peluang
|
Ancaman
|
Ø Pemasaran
mudah
Ø Harga
jual tinggi
Ø Kebijakan
pemerintah mendukung
Ø Sarana
transportasi mendukung
|
Ø Serangan
hama dan penyakit
Ø Harga
saprodi mahal
|
Data
internal
|
|
Kekuatan
|
Kelemahan
|
Ø Agroklimat
mendukung
Ø Tenaga
kerja tersedia
Ø Status
kepemilikan tanah
Ø Kelompoktani
sudah terbentuk
|
Ø Permodalan
petani terbatas
Ø Pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani relatif rendah
Ø Pemanfaatan
lahan belum optimal
|
Setelah data eksternal dan internal
usaha agroforestry berhasil diidentifikasi, maka tahap selanjutnya adalah
membuat Tabel EFAS (Ekternal Factor
Strategic Analysis) dan Tabe IFAS (Internal
Factor Strategic Analysis).
TABEL EFAS :
Faktor
eksternal
|
Bobot
|
Rating
|
Skor
|
A. Peluang
Pemasaran produk / hasil
mudah
Harga jual produk tinggi
Kebijakan pemerintah
mendukung
Sarana transportasi
mendukung
|
0,25
0,20
0,10
0,20
|
4
3
1
2
|
1,0
0,6
0,1
0,4
|
Jumlah A :
|
0,75
|
-
|
2,1
|
B. Ancaman
Serangan hama dan penyakit
tanaman
Harga saprodi mahal
|
0,15
0,10
|
1
2
|
0,15
0,20
|
Jumlah
B :
|
0,25
|
-
|
0,35
|
Jumlah
A + B
|
1,00
|
-
|
2,45
|
EFAS = 2,1 – 0,35 =
1,75
TABEL
IFAS
Faktor
internal
|
Bobot
|
Rating
|
Skor
|
A.
Kekuatan
|
|
|
|
Agroklimat mendukung
|
0,15
|
3
|
0,45
|
Tenaga kerja tersedia
|
0,15
|
3
|
0,45
|
Status lahan (lahan milik)
|
0,15
|
1
|
0,15
|
Kelompoktani sudah terbentuk
|
0,10
|
2
|
0,20
|
Jumlah A :
|
0,55
|
-
|
1.25
|
B.
Kelemahan
|
Bobot
|
Rating
|
Skor
|
Pemilikan modal petani terbatas
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Pengetahuan, sikap dan keterampilan petani
rendah
|
0,10
|
3
|
0,30
|
Pemanfaatan lahan belum optimal
|
0,25
|
3
|
0,75
|
Jumlah
B :
|
0,45
|
-
|
1,35
|
Jumlah
A + B
|
1,00
|
-
|
2,60
|
IFAS : 1,25 – 1,35 =
- 0,10
Dari
data kuantitatif EFAS dan IFAS kemudian dibuat diagram analisis SWOT,
sebagaimana gambar di bawah ini :
Gb. Diagram Analisis SWOT
Dari
diagram analisis SWOT di samping kiri menunjukan bahwa pengembangan agroforestry di
Kabupaten Kuningan memiliki peluang yang besar tetapi di sisi lain menghadapi
beberapa kendala internal. Fokus strategi usaha ini adalah memaksimalkan
peluang sekaligus meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
Alat yang dipakai
untuk menyusun faktor-faktor strategi pengembangan agroforestry adalah matrik
SWOT. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategi seperti di
bawah ini :
Matrik
SWOT :
IFAS
EFAS
|
Kekuatan (Strengths) :
Ø Status
lahan (lahan milik)
Ø Agroklimat
mendukung
Ø Tenaga
kerja tersedia
Ø Kelompoktani
sudah terbentuk
|
Kelemahan
(weaknesses):
Ø Pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani rendah
Ø Pemilikan
modal terbatas
Ø Pemanfaatan
lahan belum optimal
|
Peluang (opportunities)
:
Ø Pemasaran produk (hasil) mudah
Ø Harga jual produk tinggi
Ø Pemerintah mendukung
Ø Trasportasi mendukung
|
Strategi (S – O)
Ø Meningkatkan produksi dengan intensifikasi.
Ø Merekrut tenaga kerja
Ø Menjadikan kelompoktani sebagai unit usaha
Ø Menghimpun kelompoktani menjadi gapoktan
Ø Mengoptimalkan pemanfaatn lahan
|
Strategi (W – O) :
Ø Pelatihan bagi petani
Ø Mengolah hasil/produk sesuai permintaan
pasar
Ø Meningkatkan kemampuan kelompok dalam
pemupukan modal
Ø Pengaturan pola tanam
Ø Menjalin kemitraan
Ø Penerapan silvikultur yang baik
|
Ancaman (Treaths)
Ø Adanya
serangan hama penyakit tanaman
Ø Harga
saprodi mahal
|
Strategi
(S – T)
Ø Mengndalikan
OPT secara terpadu dan serempak
Ø Pemeliharaan
tanaman intensif
Ø Membentuk
koperasi tani
|
Strategi
(W – T)
Ø Menyelenggarakan
SL-PHT
Ø Melakukan
kerjasama antar kelompoktani
Ø Membuat
unit persemaian
Ø Menggalakan
pemakaian pestisida dan pupuk organik
|
Dari
matrik SWOT di atas, strategi yang terpilih yaitu strategi (W – O) dengan
pariabel-pariabel sebagai berikut :
1 Melakukan
pelatihan manajemen unit usaha agroforestry bagi petani.
2 Melakukan
pengolahan hasil / produk sesuai dengan permintaan konsumen.
3 Meningkatkan
kemampuan kelompoktani dalam pemupukan modal.
4 Melakukan
pola tanam dengan penerapan teknik silvikultur.
5
Menjalin kemitraan dengan fihak-fihak
terkait.
Strategi
terpilih (W – O) di atas merupakan strategi pertama dalam rangka mengembangkan
agroforestry di Kabupaten Kuningan. Startegi lainnya yaitu (S – O), (S – T) dan
(W – T) merupakan strategi alternatif untuk mendukung strategi pertama.
Agroforestry merupakan bentuk usahatani
yang memadukan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Usaha agroforestry tidak lepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berupa kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal berupa peluang dan
acaman. Agar usaha agaroforestry dapat berkembang menjadi usaha yang mampu
memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan petani, maka hasil kajian menunjukan
fokus strategi usaha ini adalah memaksimalkan peluang sekaligus meminimalkan
kelemahan yang dimiliki.